Lampu petromak penerang malam kelam di tengah titian rimba,
Sebuah tandu dipranggul bersama dengan sekelompok laki-laki,
Di dalamnya seorang permpuan dengan tegarnya menahan sakit menjelang melahirkan,
Tentu saja harus menahan karena rumah bidan berjarak sepuluh kilometer,,
Tandu itu kendaraan darurat sebab daerah pelosok karena sepeda pancal pun tak kan mungkin membawa seorang perempuan yang lunglai menahan kesakitan,
Peristiwa ini membuatku ingin berpuisi saja tentang perjuangan yang begitu mengagumkan,
Atau jika ku bisa bermimpi bahwa peristiwa itu adalah iringan putri raja korea dengan beberapa prajuritnya,
Namun kelam,
Bulan yang redup memandangi peristiwa itu tanpa kata istimewa,
Sedang jangkrik mengirik mengecam pekat malam,
Entah apa yang diuacapkan alam tentang iringan malam itu,
Tok tok tanpa jawaban,
Mungkin sang bidan sedang rehat lelap,
Perjalanan panjang malam itu benar-benar menyedihkan,
Dan bahkan takdir perempuan itu tak kan mungkin mampu dirubah,
Tandu harus pulang bersama mayat seorang bayi laki-laki suci,
Sang ibu lunglai tanpa suara tanpa air mata,
Sang ayah pun sama namun harus menempuh perjalanan panjang,
Dalam gendongannya mayat seorang bayi yang bernama anaknya itu dipeluk erat dalam kelumpuhannya,
Sungguh benar-benar memilukan,
Tak ada suara di sepanjang perjalanan dua jam malam itu,
Allah kisah macam apa yang tertoreh malam itu hingga ku tak mampu berkata-kata...
#kisahtransmigrasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar