Awan yang rinai menghela rindu panjang tengadah di tengah terik awan,
Rupa
rupa bintang mengintip cinta di hati sang pujaan,
Terus
berpijar berbagi terang karna tak ingin karam seperti kapal di tengah lautan,
Di
samudra awan tanpa batas air mata terbendung,
Beginikah
cara dunia menyapa?
Aku
merana...
Seperti
drama hitam putih kaca mata fikiranku,
Seperti
juga hari yang sebentar terang dan kemudian gelap,
Namun
di malam malam kelam kadang riang,
Rindu
menjelma semisal purnama, indah tanpa alasan karna pengharapan pada Tuhan,
Apakah
dia?
Paras
sederhana yang memberikan kesejukan dan hapuskan kejenuhan,
Apakah
dia? Yang seperti cahaya terawang dari balik lapis tipis kelambu malam yang
kelabu,
Begitu
menawan hingga fajar ingin cepat menjemputnya,
Namun
tetap saja fikiranku berkelana menebar tanya,
Tepar
dalam harapan yang seakan terhenti aku pasrah,
Ku
perhatikan roda mobil di jalan sana memahamkan fikiran tentang kehidupan,
Tentang
liku jalanan yang mendaki dan menurun untuk sebuah tujuan,
Saat
ini angan, terbang menelusuri rimba dan lembah,
Menyusuri
cinta yang ada pada jiwa yang menawan, bukan pada wajah yang mempesona,
Karna
hujan pun kehilangan mendung maka cinta kan ada di akhir derai munajat dalam
sujud pada Nya,
Dan kan
terbayar segala gundah lalu yang ternyata tak punya arti,
Saat
itulah kado Tuhan menjadi istimewa karna kesetiaan yang sejati,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar