Sabtu, 27 Juli 2024

ASA


Ada hari yang mendadak mendung pekat. Terlalu mengerikan untuk kita berjalan di tengah-tengahnya. Tetapi dalam keadaan tertentu, yang pada waktu itu adalah aku, harus tetap berjalan. Rasanya bagai raga tak bernyawa.

Malam itu hanya ada tangis yang begitu menyesakkan, terlalu sakit untuk memeluk ihsan putraku dalam keadaan hati yang hancur. Keadaan terlalu dramatis dan menjadi sensitif. Beberapa malam berlalu dengan tangan yang terus mengepal di kepala menahan kesakitan jiwa dan raga. Aku bahkan tidak tau harus berbuat apa. Mencari terang namun cahaya itu terasa begitu jauh.

Pada hari ke sekian aku menangis dalam pekat malam yang begitu sepi. Sesak di dada tidak terukur, mata tak mampu berhenti berderai sambil memandang ihsan putraku semata wayang yang tidur pulas. Rasa bersalah menyelimuti rapat ke seluruh bagian tubuh. Rasa tercabik-cabik itu nyata adanya. Malam itu aku terus larut dalam berbagai asa dan prasangka yang melalang buana. Beberapa hari berlalu aku dan diriku masih dalam keadaan yang sama. Sungguh sangat suram hari-hari itu. Aku sangat berharap tak akan pernah ada lagi hari yang serupa di masa depanku dan anakku.

Di satu malam yang serupa tiba-tiba ada satu bisik yang kuat dalam hati mencekat kuat perasaan tentang masa depan yang tak boleh kelam. Dan aku kembali menangis, semakin dalam dan menyakitkan. Lalu ada semburat menghangatkan hati, kemudian menenangkan pikiran ini perlahan. Aku coba meresapi, menghayati, dan menikmati. Mulaialah kalimat-kalimat semacam penguatan diri menelisik hati. Seketika istighfarku berubah menjadi hamdalah. Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah.

Bismillah, bismillah, bismillah…akan ada jalan terang di depan. Jalan ini Allah yang takdirkan maka pasti Allah akan arahkan masa depan yang lapang.

Malam itu sepertinya aku mengakhiri ratapan sadis jalan hidupku di bagian ini, perceraian. Aku memiliki seorang putra yang luar biasa, akulah yang harus memastikan kehidupannya baik, akulah yang pasti akan menemani perjalanan hidupnya. Bagaimanapun bagusnya proses perpisahan tidak akan menjamin keadaan setelahnya sebaik yang diharapkan.

Dengan tekat yang terbangun walau hanya seadanya malam itu, setidaknya aku berhasil menggapai asa yang ke depannya harus aku usahakan. Sebaik yang aku mampu.

Pada titik ini, anaklah penguatnya, anaklah motivatornya, dan karena anaklah kekuatan kembali terbentuk.

Bismillah wal hamdulillah….

Huffft Rehat dulu ya, jumpa di kesempatan selanjutnya.

Catatan Rindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penikmat Mu

Tanpa kepayahan aku adalah penikmat sejati kehidupan ini, Tanpa harus berkelaskan VIP atau bahkan VVIP semua bisa ku rekam dengan sempurna m...