Aku memilih meski tidak menginginkan. aku memutuskan meski aku tidak pernah mencita-citakan. apa itu? perceraian.
Sampai detik ini pun aku merasa ragu untuk menceritakan, tetapi dalam hati kecilku aku meyakini akan ada bahkan mungkin akan banyak hal yang bisa dijadikan pembelajaran dari kisah ini.
Pada suatu ketika seorang teman yang sbenarnya aku tidak begitu akrab dengannya, dia menyatakan bahwa dia mengetahui kabar perceraianku. Dan dia menyanyakn;
Emang kenapa teh kok sampek cerai? yah begitu lah bu gimana aku mau ceriatain.
Dia selingkuh? nggak.
Dia judi ya? Nggak.
Lah emang kenapa nggak judi nggak sama yang lain kok milih cerai?......
Aku ngambil nafas dalam dan berat sambil nggumam Ya Allah haruskah aku ceritakan. Dan akhirnya aku memilih untuk menceritakan sebagian dari alsanku memantapkan diri meng"iya"kan untuk bercerai dan juga sebagian kecil perjalannya yang menurutku cukup mewakili.
Dari keseluruhan percakapan yang terjadi aku menangkap ekspresi yang aku sulit menerimanya. Kesal tapi aku tahu inilah salah satu respon yang akan aku dapat jika aku menceritakan kisah perceraian ini. Sebenanrnya sejak awal kejadian pun aku sudah berkomitmen untuk tidak menceritakan perceraian ini kepada orang yang aku rasa tidak perlu. Dan akan memberitahu hanya jika diperlukan seperti untuk data status pernikahan dll.
Pada waktu yang berbeda ada keadaan dimana aku harus meminta seorang teman untuk tidak lagi menanyakn tentang ayah kepada anak karna keadaan kami sekarang adalah begini. Dan kali ini juga aku mendapatkan respon yang akhirnya membuat aku nangis kejer. Apa responya? Hah apa nggak mikir anak, kasian banget anak kamu. Oh My God. Aku bercerai bukan tanpa pertimbangan. Dan bukan hanya karna satu kejadian. Dan bahkan aku memilih meng"iya"kan untuk bercerai salah satunya adalah demi masa depan anak.
Huffffft berat.
Orang yang hanya melihat tidak akan pernah memahami secara keseluruhan hal yang dialami oleh seseorang sampai dia mengalami hal yang sama. Dan setiap kali aku perlu menceritakan hal ini aku selalu mengucap dalam hati Ya Allah semoga ini tidak terjadi pada mereka. Cukup aku. Karna ini sangat menyakitkan.
Itulah mengapa aku tidak pernah menceritakan secara sengaja kepada orang tentang perjalanan perceraianku yang tidak pernah aku cita-citakan ini. Karna aku tidak selalu siap dengan ragam respon dari orang yang mendengarkan cerita ini.
Okelah sudah ya part ini.
Hari itu adalah hari kamis, di Bulan kelahiranku dan juga bulan kelahiran anakku, JULI.
Lalu setelah hari itu bagaimana?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar