Rabu, 08 April 2015

Jendela pagi

Hembusan angin sepoi sepoi menembus bebas jendela yang menganga,
Sinar terang merambat lurus melalui lubang jendela dengan leluasa,
Mentari sumringah membangunkan lelap yang semisal ashabulkahfi,

Astaghfirullahal'adzim, dirinya kaget,

Sahur berlalu tanpa sesuap nasi bahkan seteguk air pun,
Sedang rumah sekelas gubuk eksklusif itu diselimuti pekat malam hingga akhirnya gelap itu pun pergi,
Ya, sejak seteguk air membashi tenggorokan dahaga maghrib kemaren dirinya bagai musafir yang berjalan ribuan pal,
Setelah dengan kebersamaan romantis mengambil makanan pokok yang menjadi haknya,
Menembus arah yang seakan tak nampak,
Menempuh jarak yang menorehkan rasa pada raga,
Demi lima kilogram beras dan satu kilo ikan asin gratis,

Kemudian mereka lelap dalam peluk Tuhannya,
Di tengah dunia asingnya yang seram kehangatan menyelimuti mereka manja,

Inikah dunia Tuhan?
Dirinya bertanya pada alam yang mengagumkan,
Puasa pun dilanjut

#kisahtrandmigrasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laki-laki baik

Mungkin catatan ini oleh sebagian orang akan dianggap tidak baik. Namun aku merasa perlu menuliskan untuk menjadi pengetahuan bahwa TRAUMA i...