Andai
itu delima maka ia mulai memerah, sebentar lagi ranum,
Hmm
yummy...
Seringai
wajahku pun merana setiap kali mencermati ranum yang tak tergapai tanganku,
Di saat
ku mulai menyadari rupa indah yang seakan menggoda lamunan panjangku,,
Angin
menerjang pohon rindangnya dan menggugurkan delima yang menggantungkan asa,
Bukan
hanya gugur namun terhempaskan hingga tak da lagi rona merah, layu,
Seorang perempuan muda dengan gagah menghantam
asaku,
Merengguk
angan yang menangis juga hingga ku tersujud dalam munajat,
Lagi
lagi jeritan hati menyiksa kasmir cintaku yang seakan lumpuh dalam pesona pria,
Namun
kau perempuan muda, dengan kata agungmu ku terpana,
Meleburkan
angan yang pernah terpatri seperti setangkai melati dalam pagar berantai,
Juga
sama dengan lukisan yang sebentar lagi usai namun brush merajuk kemudian
melengkung,
Kini
jelas, lukisanku tak kan sempurna,
Dan
akhirnya ku putuskan saja untuk mencabut pohon delima yang hampir rona,
Dan ku
lelang saja kanvas putih yang telah sempat ku warna meski dengan tangis,
Goodbye
my diamond, my gold, and my rose.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar