Dalam keheningan riuh pikiran introvet memuncah
Segala kata dan aksara dengan lincah merangkai diri
Ia dengan tenang meladeni semua bahasa yang menyeruak dari dalam hatinya
Terlalu banyak yang sebenanrnya ingin ia ceritakan tapi terkalahkan oleh kebisuan lisannya karna baginya diam itu tenang tapi eh ternyata menyiksa bagian diri terdalamnya
Hancur jiwanya meronta ronta tapi tetap ia tak inginkan orang lain mengetahuinya
Di satu besit yang terlalu singkat tiba tiba air mata menyeruak ke permukaan dan tak mampu ditahan olehnya
Prakata ternyata begitu kuat mewakili isi pikiran dan hatinya
Ia meratapi betapa lelahnya meniti jalanan yang tiada temannya
Setiap detiknya ia berusaha baik baik saja meski pun benar ia berhasil
Tapi lelah fisik menjadi tumbalnya
Ia habiskan sepanjang waktunya untuk membunuh ingatannya tentg masa lalu
Masa lalu yg jika ia mengingat hatinya tergores perih seakan tiada maafnya
Di ujung waktu ia meraba sisi jalan mana yang bisa memmbuatnya mampu bahagia
Tapi ternyata untuk sekedar jalan dalam keadaan baik baik saja memmbutuhkan limpahan air mata untuk menyapu luka
Padahal sapuan itu sementata saja
Tapi ada waktu dimana ia lupa segala perihnya walau sifatnya sementara bahkan hanya sejenak saja
Ia selalu berharap untuk sementara berhenti sejenak melupakan semua
Tapi hidup tidak begitu
Ia akan terus berjalan walau bagaimanapun keadaannya
❤️
BalasHapus